Artikel 4, 5, & 6

Artikel 4 : Penjelasan Konsep Psikoanalisis

psikoterapi

Kesadaran & Ketidaksadaran

Konsep ketidakksadaran

  1. Mimpi merupakan representative simbolik dari kebutuhan2, hasrat2 konflik
  2. Salah ucap atau lupa terhadap sesuatu yang dikenal
  3. Sugesti pasca hipnotik
  4. Bahan yang berasal dari teknik asosiasi bebas
  5. Bahan yang berasal dari teknik proyektif

Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Struktur kepribadian Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu: id (aspek biologis), ego (aspek psikologis) dan superego (aspek sosiologis).

Untuk mempelajari dan memahami sistem kepribadian manusia, Freud berusaha mengembangkan model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan antara satu dengan yang lainnya.

  1. Id merupakan lapisan psikis yang paling dasariah, kawasan eros dan thanos berkuasa. Dalam id terdapat naluri-naluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada pertimbangan akal atau etika dan yang menjadi pertimbangan kesenangan) serta keinginankeinginan yang direpresi.
  2. Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran yang terbentuk sebagai pengaruh individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan pada prinsip kenyataan berarti apa yang ada. Jadi ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Ego merupakan pelaksanaan dari kepribadian, yang mengontrol dan memerintahkan id dan superego serta memelihara hubungan dengan dunia luar untuk kepentingan seluruh kepribadian yang keperluannya luas.
  3. Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat evaluatif (memberikanbatasan baik dan buruk). Menurut Freud superego merupakan internalisasi individu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberiakan batasan baik dan buruk. Dengan kata lain superego dianggap pula sebagai moral kepribadian. Adapun fungsi pokok dari superego jika dilihat dari hubungan dengan ketiga aspek kepribadian adalah membatasi ego terutama impuls-impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat dan mendorong ego untuk lebih melakukan hal-hal yang bersifat moralistis daripada yang realistis, serta mengejar kesempurnaan yang diserap individu dari lingkungannya.

Mekanisme Pertahanan Diri

  1. Represi, yaitu memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar
  2. Pembentukan reaksi, yaitu menyembunyikan diri dalam selubung yang sama sekali bertentangan dengan bentuk semula
  3. Pengalihan, mengarahkan dorongan-dorongan yang tidak sesuai pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi
  4. Fiksasi adalah keterikatan permanen dari libido pada tahap perkembangan sebelumnya yang lebih primitif
  5. Regresi, dimana libido dapat kembali ketahap perkembangan sebelumnya.
  6. Proyeksi, melihat dorongan atau perasaan orang lain yang tidak dapat diterima,padahal sebenarnya perasaan atau dorongan tersebut ada di alam tidak sadar dari diri sendiri.
  7. Introyeksi, mekanisme pertahanan dimana seseoranf meleburkan sifat-sifat positif orang lain kedalam egonya sendiri
  8. Sublimasi, mengganti hal-hal negatif ke hal-hal positif yang dapat diterima, baik secara kultural maupun sosial.

Tujuan terapi Psikoanalisis

  1. Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari didalam diri klien
  2. Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa kanak-kanak

Fungsi & peran Terapis

Terapis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan & pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis.

Peran terapis

  1. Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
  2. Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
  3. Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan klien
  4. Mendengarkan kesenjanga & pertentangan pada cerita klien

Pengalaman klien dalam terapi

  1. Bersedia melibatkan diri kedalam proses terapi yang intensif & berjangka panjang
  2. Mengembangkan hubungan dengan terapis
  3. Mengalami krisis treatmen
  4. Memperoleh pemahamn atas masa lampau klien yang tak disadari
  5. Mengembangkan resistensi untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri
  6. Mengembangkan suatu hubungan transferensi yang tersingkap
  7. Memperdalam terapi
  8. Menangani resistensi & masalah yang terungkap
  9. Mengakhiri terapi

Hubungan terapis & klien

  1. Hubungan dikonseptualkan dalam proses tranferensi yang menjadi inti Terapi Psikoanalisis
  2. Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pada terapis “urusan yang belum selesai” yang terdapat dalam hubungan klien dimasa lalu dengan orang yang berpengaruh
  3. Sejumlah perasaan klien timbul dari konflik seperti percaya lawan tak percaya, cinta lawan benci
  4. Transferensi terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yang menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendamnya
  5. Jika analis mengembangkan pandangan yang tidak selaras yang berasal dari konflik2 sendiri, mk akan terjadi kontra transferensi
  • Bentuk kontratransferensi
  • Perasaan tidk suka / keterikatan & keterlibatan yang berlebihan
  • Kontratransferensi dapat mengganngu kemajuan terapi

Artikel 5 : Penjelasan Konsep Humanistik

maslows-hierarchy-of-needs-on-chalkboard

Pandangan Humanistik Eksistensial tentang Perilaku Manusia

  1. Kesadaran diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin besar kesadaran dirinya, maka semakin besar pula kebebasannya untuk memilih altrnatif-alternatif. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai dengan tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

  1. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan

Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (Nonbeing)

  1. Penciptaan Makna

Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna. Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan diri, yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya.

Tujuan Terapi Humanistik Eksistensial

Bugental (1965) menyebutkan tujuan terapi adalah membantunya agar ia memperoleh atau menemukan kembali kemanusiaannya yang hilang.

Pada dasarnya, tujuan terapi eksistensial adalah :

  • meluaskan kesadaran diri klien
  • meningkatkan kesanggupan pilihannya
  • menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

 Fungsi Dan Peran Terapis

Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama, mencakup hal-hal berikut:

  • Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
  • Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
  • Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
  • Berorientasi pada pertumbuhan
  • Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
  • Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
  • Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
  • Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
  • Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

Teknik dan Prosedur Terapeutik

Teknik serta prosedur terapeutik dalam teori eksistensi humanistik dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Tidak ada teknik tertentu yang ditentukan secara ketat
  2. Metode-metode yang berasal dari Gestalt dan analisis transaksional sering digunakan.
  3. Mengintegrasikan metodologi dan konsep-konsep psikoanalisis.
  4. Menurut Bugental konsep inti psikoanalisis tentang resistensi dan trasferesi dan praktek terapi bisa diterapkan pada filsafat eksistensial.

Artikel 6 : Person Centered Therapy

33214_MAGNIFYING_GLASS

Konsep Dasar Pandangan tentang Manusia

Pandangan person centered tentang sifat manusia konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia sebagai tersosialisasi dan bergerak ke depan, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam.Manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian. Maka dengan pandangan ini, terapi person-centered berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar dan membuat putusan-putusan

Tujuan Person-Centered Therapy

Tujuan utama dari  person-centered therapy adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif sebagai usaha untuk membantu konseli menjadi pribadi yang utuh, yaitu pribadi yang mampu memahami kekurangan dan kelebihan dirinya dirinya. Tidak ditetapkan tujuan khusus dalam pemdekatan person-centered, sebab konselor digambarkan memiliki kepercayaan penuh pada konseli untuk menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya dari dirinya sendiri. Secara lebih terperinci, tujuan person-centered therapy adalah:

  1. Membantu klien untuk menyadari kenyataan yang terjadi terhadap dirinya
  2. Membantu klien untuk membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru
  3. Menumbuhkan kepercayaan diri klien
  4. Membantu klien membuat keputusan sendiri
  5. Membantu klien menyadari bahwa manusia tumbuh dalam suatu proses

Peran Terapis

Pada person-centered therapy, terapis tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri. Fungsi terapis adalah merefleksikan perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien. Terapis menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun. Terapis memberi  kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

Referensi:

Corey, Gerald. 2009. Teori konseling dan psikoterapi. Jakarta: Refika Aditama

Feist, J.,  & Feist, G. J. 2011. Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika

Singgih, Gunarsa. 2004. Konseling dan psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Tinggalkan komentar