Judul Buku : Dead Man’s Folly (Kubur Berkubah)
Penulis : Agatha Christie
Penerjemah : Ny. Suwarni A.S.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tanggal Terbit : Februari 2013 (cetakan pertama tahun 1956)
Tebal : 304 halaman
Kategori : Misteri – Thriller
Ringkasan Novel
“Kami akan mengadakan permainan Pelacakan Pembunuhan,” jelas Mrs. Oliver pada Hercule Poirot.
“Permainan apa?” tanya detektif kenamaan itu.
“Masing-masing peserta diberi sejumlah petunjuk yang akan menuntunnya ke tempat mayat. Barang siapa yang bisa menebak pembunuhnya, dialah pemenangnya, dan Andalah, M. Poirot, yang akan menyampaikan hadiahnya.”
“Lalu siapa yang menjadi mayatnya?” tanya Poirot.
“Mari saya perkenalkan.”
Waktu Poirot memasuki kamar itu, dilihatnya seorang gadis tergeletak di lantai, tak bergerak.
“Marlene ini benar-benar aktris yang hebat, bukan?” seru Mrs. Oliver. “Dia menjadi ‘mayat’ yang begitu meyakinkan.”
“Terlalu meyakinkan,” kata Poirot sambil mengangkat kepala gadis itu. “Dia telah terbunuh lima belas menit yang lalu!”
Hercule Poirot adalah seorang detektif terkenal yang berasal dari Belgia. Suatu saat Nyonya Adriane Oliver, seorang penulis novel, menelepon beliau agar segera datang ke Nasse House, Nessecombe, Devon. Ny. Oliver membutuhkan bantuan dari M. Poirot.
Dengan tegas Ny. Oliver menutup teleponnya. M. Poirot langsung meminta Nona Lemon mengemasi pakaiannya. Saat itu pula M. Poirot berangkat ke Nasse dengan kereta api.
Sesampainya di Nasse, Ny. Oliver langsung menyambut kedatangan M. Poirot. Ny. Oliver diundang dalam pesta Nasse House yang diadakan pada hari Minggu besok. Ia diminta merencanakan permainan pelacakan pembunuhan. Entah mengapa Ny. Oliver seperti merasa diperalat dan mengira akan terjadi pembunuhan yang sebenarnya. Beliau meminta M. Poirot menyelidikinya.
Pada Minggu pagi, saat sedang sarapan, Nona Brewis asisten Sir George Stubbs (pemilik Nesse House), sedang memilih surat-surat yang datang pagi ini. Semua surat itu untuk Sir George dan hanya beberapa untuk Ny. Stubbs. Dua diantaranya adalah surat tagihan yang langsung dilemparkannya dan satunya adalah surat dari sepupunya Etienne De Sousa. Betapa kagetnya Ny. Stubbs setelah membaca surat dari sepupunya. De Sousa mengatakan dalam sutratnya bahwa ia akan datang petang ini. Wajah Ny. Stubbs langsung pucat. Tiba-tiba ia mendadak merasa pusing dan meminta ijin untuk tidur. Ia berjanji akan hadir pada pesta Nasse House petang ini. Dia mengigau tentang sepupunya. Katanya, “Dia itu jahat. Jahat Sekali! Dia suka membunuh orang.” Tapi omongannya itu tidak diindahkan orang-orang mengingat kalau Ny. Stubbs memiliki mental yang kurang, dan kadang disebut tak waras oleh beberapa orang yang tidak menyukainya.
Menjelang petang, pesta dimulai. Orang-orang di Nassecombe mulai berdatangan dengan membayar karcis masuk seharga setengah crown. Banyak permainan di sana.
Sebelumnya, setelah sarapan Ny. Oliver mengenalkan M. Poirot seorang gadis berusia empatbelas tahun yang akan menjadi mayat dalam permainan pembunuhan. Ia bernama Marlene. Marlene sempat mengatakan sesuatu pada M. Poirot. Ia berkata bahwa kakeknya pernah melihat mayat wanita di hutan dekat Nasse House, karena sangat terkejut kakeknya pun langsung lari. Tetapi saat beliau kembali mayat wanita yang dilihatnya itu sudah tidak ada.
Pada saat pesta telah berlangsung dan permainan pelacakan pembunuhan itu dijalankan, dan belum ada satu pun yang bisa memecahkan permainan tersebut, lalu Ny. Oliver bersama M. Poirot menengok Marlene yang sedang berpura-pura menjadi mayat di Gudang Kapal. Disana mereka melihat Marlene sedang terkapar. Karena Marlene tidak juga menyahut, M. Poirot memeriksa pergelangan tangan Marlene. Ternyata Marlene telah meninggal kurang lebih limabelas menit lalu. Pada saat itu pula Lady Hattie Stubbs hilang.
Setelah beberapa minggu selang peristiwa itu, Pak Tua Merdell meninggal dan polisi memastikan ia sedang mabuk dan kemudian jatuh ke sungai. Tetapi M. Poirot menyangka itu adalah pembunuhan ke tiga karena ternyata Pak Tua Merdell adalah kakek dari Marlene.
M. Poirot beserta anggota kepolisian Devon mencari petunjuk tentang kematian gadis itu dengan menanyai seluruh penghuni Nasse House. Mereka juga mencari Lady Stubbs ke seluruh pelosok Nasse House.
Dengan menggabungkan fakta-fakta yang ada M. Poirot berhasil menemukan pembunuhnya yang tak tak lain adalah tuan tanah itu sendiri. Dan ternyata Sir George Stubbs adalah putra dari Ny. Folliat sendiri. Lalu, Lady Hattie Stubbs yang asli telah meninggal sejak lama, yang merupakan mayat yang dilihat oleh Pak Tua Merdell. Kemudian mayatnya dikubur di belakang Nasse House, kemudian Lady Stubbs yang palsu berpura-pura minta dibuatkan bangunan berkubah belakang rumah agar tidak ada yang tahu tentang Lady Stubbs yang asli. Lady Stubbs yang palsu adalah pacar dari Sir George Stubbs. Ia juga takut kepada Etienne De Sousa, sepupunya karena tahu kejahatan yang telah mereka lakukan. Lalu mereka merencarnakan pembunuhan Marlene tepat saat De Sousa datang agar semua menyangka bahwa dia adalah pembunuhnya. Tapi akhirnya M. Poirot pun berhasil memecahkan kasus pembunuhan tersebut.
Buku cetakan ke -6 tahun 2003 yang saya baca
Dead Man’s Folly atau yang dalam buku terjemahannya Kubur Berkubah kembali menampikan detektif andalan Agatha Christie yaitu Hercule Poirot yang kali ini ditemani oleh Adriane Olliver. Dalam bukunya kali ini, Agatha mengajak kita berpetualang menyelami permainan pelacakan pembunuhan yang dirancang oleh sedemikian rupa oleh sang Pembunuh. Dibalut dengan cover yang misterius menambah kesan menegangkan. Berlatar di sebuah pedesaan, dengan tokoh-tokoh tuan tanah yang kaya raya serta menyimpan banyak rahasia, pembaca berhasil dibuat penasaran dan bermain tebak-tebakan. Sebuah ending yang sama sekali tak terduga membuat kita tercengang ketika membaca dan membuat kita membolak balik beberapa halaman tentang trik dan motif pembunuhannya. Buku ini merupakan salah satu karya terbaik Agatha Christie, dan sangat berhasil membuat saya merasa tegang dan penasaran saat membacanya.
Lihat juga :
Dila – Winter to Summer
Farid – Buku Psikologi Pendidikan
Gita – Kreatif Sampai Mati