Tugas 3 – Konsep Penyesuaian Diri yang Sehat

Konsep Penyesuaian Diri yang Sehat

8

Dari segi pandangan psikologi, penyesuaian diri memiliki banyak arti, seperti pemuasan kebutuhan, keterampilan dalam menangani frustasi dan konflik, ketenangan jiwa atau pikiran, atau bahkan pembentukan simtom-simtom. Itu berarti belajar bagaimana bergaul dengan baik dengan orang lain dan bagaimana menghadapi tuntutan-tuntutan pekerjaan. Tyson menyebut hal-hal seperti kemampuan untuk beradaptasi, kemampuan berafeksi, kehidupan yang seimbang, kemampuan untuk mengambil keuntungan dari pengalaman, toleransi terhadap frustasi, humor, sikap yang tidak ekstrim, objektivitas, dll. (Tyson, 1951).

Penyesuaian diri itu tidak dapat dikatakan baik atau buruk. Hanya dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri adalah cara individual atau khusus organisme dalam bereaksi terhadap tuntutan-tuntutan darin dalam atau situasi-situasi dari luar.

Jadi penyesuaian diri itu dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan tuntutan-tuntutan batin dengan tuntutan yang dikenakan kepadanya oleh dunia di mana ia hidup.

Sunaro (2004) menyebutkan ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain:

  1. W.A. Gerungan (1996) menyebutkan bahwa penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Mengubah diri sesuai keadaan lingkungan sifatnya pasif (autoplastis). Sebaliknya apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri, sifatnya adalah aktif (alloplastis).
  2. Menurut Soeharto Heerdjan (1987), penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya menatasi kesulitan dan hambatan.

Tujuan Penyesuaian diri

  1. Menghadapi tuntutan kesadaran secara sadar
  2. Menghadapi tuntutan kesadaran secara realistik
  3. Menghadapi tuntutan kesadaran secara objektif
  4. Menghadapi tuntutan kesadaran secara rasional

Cara yang ditempuh dapat besifat terbuka maupun tertutup, antara lain:

  1. Menghadapi tuntutan secara frontal (terang-terangan)
  2. Regresi (menarik diri) atau tidak maju tahu sama sekali
  3. Kompromi (kesepakatan)

Jenis adaptasi

a. Adaptasi fisiologik dapat terjadi secara lokal atau umum

Contohnya: seseorang mampu mengatasi stres, tangannya tidak berkeringat, serta wajahnya tidak pucat.

b. Adaptasi psikologis

– Sadar: individu mencoba memecahkan/ menyesuaikan diri dengan masalah

– Tidak sadar: menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)

– Menggunakan gejala fisik (konversi) atau psikofisiologik/ psikosomatik.

 

Referensi

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Semium, Yustinus (2006) Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Yogyakarta

Tugas 2 – Kesehatan Mental

Arti Penting Stres

byb-stress-dreamstime_66979391

Stres menurut KBBI adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar; ketegangan. Stres merupakan suatu repon adatif individu terhadap situasi yang diterima seseorang sebagai suatu tantanganatau ancaman keberadaannya.

Banyak gejala yang dialami oleh seseorang yang stres, mulai dari gejala fisik, aspek kognitif, dan aspek emosi. Gejala fisik yang dialami oleh seseorang yang mengalami stres yaitu denyut jantungnya tinggi, tangan berkeringat, sakit kepala, sesak napas, sakit punggung atau pundak, gangguan tidur dan perubahan berat badan yang drastis. Dari aspek kognitif, seseorang yang mengalami stres ditandai dengan ia lupa akan sesuatu, sulit berkonsentrasi, cemas mengenai suatu hal, sulit memproses informasi, dan mengungkapkan pernyataan-pernyataan negatif pada diri sendiri. Dari aspek emosi ditandai dengan sikap mudah marah, cemas dan mudah panik, ketakutan, sering menangis, dan mengalami peningkatan konflik interpersonal.

Jenis-jenis Coping Stres

Coping stres adalah strategi atau pilihan cara berupa respon perilaku dan respon pikiran serta sikap yang digunakan dalam rangka memecahkan masalah yang dialami seseorang.

Problem-solving focused coping

Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres

Emotion-focused coping

Individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.

Teori Kepribadian Sehat menurut Allport dan Rogers

1. Allport

11allport

Menurut Allport, individu-individu yang sehat dikatakan mempunyai fungsi yang baik pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga. Keperibadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik masa lalu. Orang yang matang dan sehat juga akan terus menerus membutuhkan motif-motif kekuatan dan daya hidup yang cukup untuk menghabiskan energi-energinya. Selain itu, orang yang sehat melihat ke masa depan dan hidup dalam masa depan.

2. Rogers

Carl_Ransom_Rogers

Menurut Rogers, kepribadian yang sehat adalah individu memiliki kemampuan dalam diri untuk mengerti diri sendiri, menentukan hidup, dan menangani masalah, serta mampu mengaktualisasikan dirinya. Rogers juga menggambarkan pribadi yang sehat dan berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai, karena nilai adanya diri sendiri sebagai seseorang sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung menerima diri dengan penuh kepercayaan.

 

Daftar Pustaka

D. Tiala – Fenomenologi Intuitif Carl Rogers

staff.uny.ac.id/sites/default/files/130936813/fenomenologi%20intuitif_0.pdf

Wardalisa -Teori kepribadian Allport

wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/26403/materi+08+-+TeoriKepribadianAllport.pdf

Stress man – file.upi.edu

digilib.ump.ac.id

kajiapustaka.com/search?q=kepribadian+sehat+menurut+allport&m=1

Kesehatan Mental – Tugas 1

Konsep Sehat

Definisi sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat merupakan kondisi biopsikososial yang menyatu dalam kehidupan manusia. Pengenalan konsep sehat dan sakit, baik secara fisik maupun psikis merupakan bagian dari pengenalan manusia terhadap kondisi dirinya dan bagaimana penyesuaiannya dengan lingkungan sekitar.

Sejarah perkembangan kesehatan mental

abad pertengahan 1

Dikutip dalam Buku Kesehatan Mental karya Yustinus Semium, Perkembangan kesehatan mental mengalami 6 zaman, yaitu zaman pra sejarah, peradaban awal, abad pertengahan, zaman renaisans, Abad XVII – Abad XX, dan psikiatr.

Zaman Prasejarah

Manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti infeksi, artistis, penyakit pernapasan dan usus, serta arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Tetapi manusia purba benar-benar berusaha mengatasi penyakit mental. Mereka memandangdan merawatnya sama seperti halnya dengan penyakit-penyakit fisik lainnya. Baginya gigi yang sakit dan seseorang yang gila (berbicara tidak karuan) disebabkan oleh penyebab yang sama, yaitu roh-roh jahat, halilintar, atau mantera-mantera musuh. Jadi, untuk penyakit baik mental maupun fisik digunakan perawatan-perawatan seperti menggosok, menjilat, mengisap, memotong, dan mencaabut. Atau juga menggunakan salep, mantera, obat keras, dan sihir; atau cara-cara lain yang mungkin terpikirkan oleh kawan-kawannya, pemimpin-pemimpinnya, atau ia sendiri.

Peradaban Awal

Dalam semua peradaban awal seperti Mesopotamia, Mesir, India, benua Amerika, Yahudi dan, India, imam-imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit mental. Sepanjang zaman kuno (5000 tahun SM sampai 500 tahun M), di semua peradaban tersebut penyakit mental menjadi hal yang umum.

Abad Pertengahan (Abad Gelap)

Dengan hancurnya peradaban Yunani-Romawi, kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa mengalami kemunduran. Banyak kebiasaan baik yang telah lama dibina dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak diteruskan, dalam hal yang lebih buruk, takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan-setan (demonologi) dihidupkan kembali dan pemikiran teologis pada waktu itu kurang berusaha untuk mematahkan pendekatan yang bersifat spiritis terhadap penyakit mental. Exorcisme dianggap penting sekali. Dengan demikian, mantra-mantra dianggap sebagai bagian sah dari ilmu kedokteran, bahkan pemakaian teknik-teknik yang benar-benar rasional harus disertai dengan mengucapkan mantra mistik.

Zaman Renaisans

Zaman Renaisans digambarkan sebagai zaman yang “terang dalam kegelapan” bagi para pasien sakit mental tenggelam dalam dunia takhayul. Pada tahun 1724, Pendeta Cotton Mather mematahkan takhayul yang berkembang selama ini dengan menjelaskan masalah kejiwaan yang menyebabkan gangguan yang terjadi di dalam tubuh Di Switzerland, mengakui penyebab rasional penyakit mental dan menolak adanya kaitan dengan demonology. Di Prancis, menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit fisik, mereka menggunakan pendekatan yang manusia terhadapa para pasien sakit mental.

abad pertengahan 2

 

Abad XVII – Abad XX

Pada zaman perkembangan kesehatan mental yang kelima yaitu pada abad ini masih merupakan proses peralihan dan pendekatan demonologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit mental. Di Jerman, kekangan-kekangan yang sangat kejam terhadap para pasien sakit mental sangat ditentang, mereka menyarankan agar memberikan perawatan yang manusiawi terhadap orang-orang gila. Di tahun 1812, Benjamin Rush menjadi orang pertama yang mencoba menangani penyakit mental secara manusiawi. Kemudian di Inggris muncul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa dengan perkembangan teori dan teknik untuk menangani orang sakit jiwa ini di rumah sakit. walaupun dalam prakteknya sering mengalami kegagalan sehingga lambat launpun muncul masa terapi pesimisme. Tahun 1908 : Clifford Beers yang pernah menjadi pasien rumah sakit jiwa dengan penanganan yang benar maupun yang salah mengeluarkan buiku “A Mind That Found Itself”. Buku tersebut langsung memberikan efek yaitu menyebarkan visinya mengenai gerakan kesehatan mental. Beers lalu mendirikan Masyarakat Connecticut yang merupakan akar dari Asosiasi Kesehatan Mental Nasional. Dan pada tahun 1950  diteruskan untuk melanjutkan mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental dan mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental.

Psikiatri

Pada tahun 1900- an, gangguan mental dianggap sebagai bukan penyakit. Dilakukannya usaha untuk menolong para pasien sakit mental tetapi akhir abad itu dokter-dokter belum menemukan penyebab atau pencegahan, penyembuhan, atau perawatan yang efektif terhadap penyakit mental meskipun mereka telah mengklasifikasikan beribu-ribu macam kekalutan mental. Selama abad ke-19 perkembangan dalam kesehatan mental terjadi pada 4 bidang umum : perlakuan terhadap pasien sakit mental yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat, langkah-langkah untuk memperbaiki lembaga untuk penyakit mental, perhatian para penulis besar dan filsuf yang berpengaruh terhadap psikologi dan tingkah laku manusia, dan suatu system klasifikasi yang komprehensif bagi kekalutan mental. Tahun 1952: Obat antipsikotik konvensional pertama, chlorpromazine diperkenalkan untuk pertama kalinya dan digunakan untuk menangani pasien skizofrenia dan gangguan mental utama lainnya. Juga adanya pengenalan obat-obat antipsikotik konvensional. Selain itu media Inggris juga mengungkapkan kesehatan mental melalui orang-orang yang pernah mengalaminya Tahun 1979: NAMH menjadi the National Mental Health Association (NAMH)

Teori Kepribadian Sehat

Faktor psikologis berpengaruh besar pada kondisi mental seseorang, dimana dalam pendekatan psikologis memiliki beberapa pandangan yang besar yang membahas mengenai hal tersebut, yaitu:

a. Psikoanalisa

Pendekatan yang meyakini bahwa interaksi individu pada awal kehidupannya serta konflik intrapsikis yang terjadi akan mempengaruhi perkembangan kesehatan mental seseorang. Faktor Epigenetik mempelajari kematangan psikologis seseorang yang berkembang seiring pertumbuhan fisik dalam tahap-tahap perkembangan individu, juga merupakan faktor penentu kesehatan mental individu.

b. Behavioristik

Pendekatan yang meyakini Proses pembelajaran dan Proses belajar sosial akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kesalahan individu dalam proses pembelajaran dan belajar sosial akan mengakibatkan gangguan mental.

c. Humanistik

Perilaku individu dipengaruhi oleh hirarkhi kebutuhan yang dimiliki. Selain itu, individu diyakini memiliki kemampuan memahami potensi dirinya dan berkembang untuk mencapai aktualisasi diri

d. Kepribadian Sehat menurut Maslow

Menurut Maslow, individu yang sehat adalah individu yang berhasil mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan ke dalam diri sendiri, tetapi bisa diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat melihat pertumbuhan dan perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung jawab pada orang lain melalui hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow juga menyatakan bahwa pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis, sedangkan orang yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala patologi baik mental maupun fisik.

 

Daftar Pustaka

Semium, Yustinus (2006) Kesehatan mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Yogyakarta

Sari D., Kartika (2012) Bahan ajar kesehatan mental. Semarang: Universitas Dipenogoro

http://psychologydaily.blogspot.com/2011/03/kepribadian-sehat-menurut-maslow-dan.html

Konsep Sehat, Dimensi, Sejarah dan Teori Kepribadian.